I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini
disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang
budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi
perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika
dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan
budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah
tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan
memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk
ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan
penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit
infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit
pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo,
2001). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh
selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan
pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).
Organisme
yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama, parasit, dan
non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit
yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya
sulit untuk dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang
dapat menimbulkan penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan
oleh parasit bergantung pada beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit,
persentase populasi yang terserang penyakit, parahnya penyakit, dan adanya
infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme budidaya adalah dari
jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.
Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau
kolam yang tidak terawat.
Faktor
lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang
dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para
petani ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu,
sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu
dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum parasit ini adalah:
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan
2. Agar
mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan
3. Mengetahui
gejala klinis ikan yang terserang parasit.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut definisinya penyakit
diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh atau
bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya
dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan mikroorganisme atau makroorganisme
yang mengakibatkan penyakit atau sering disebut organisme patogen. Lebih lanjut
Afrianto dan Liviawaty (1992), menerangkan bahwa penyakit merupakan bagian dari
siklus hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang menggangu terhadap organisme
lain yang ditumpanginya.
Hama dan Penyakit Ikan (HPI)
adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau
menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992
pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa Hama dan Penyakit
Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang ditetapkan
pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia.
Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini.
Berkaitan dengan upaya penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan
informasi mengenai jenis patogen, jenis ikan yang terserang dan waktu
kejadiaannya (Hoffman 1987).
Infeksi jamur pada ikan
biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla. Jamur
biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai
akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur
ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau
dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun
kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi
jamur. Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka
serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat
ini, jamur yang termasuk berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina
yaitu Aphanomyces astacii. Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut
EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome). Namun masih jarang sekali jamur ini
ditemukan (anonim, 2011).
Protozoa merupakan hewan
uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan 50.000 spesies
Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau,
air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup
bebas dan menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup
sebagai parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, dan Heneguya
(Suwignyo dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat,
ektoparasit dan endoparasit (Mollers dkk., 1986).
Noble dan Noble (1989),
menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa dibedakan atas lima
golongan yaitu : Sarcomastighopora,
Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup
kelompok Mastighopora yang
menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang
memiliki satu atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.
Sebagian besar Mastighopora hidup
bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi banyak yang bersimbiosis
(komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas,
yaitu : Phytomastighopora,
Zoomastighopora dan Opalinata.
Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan adalah Amyloodinium pillularis. Parasit ikan
yang berasal dari kelas Zoomastighopora adalah Ichtyobodo necatrix yang menginfeksi
kulit dan insang berbagai ikan air tawar. Cryptobia
menginfeksi insang, usus dan darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991).
Platyhelminthes berasal dari
bahasa yunani ‘platy’ yang berarti
pipih dan ‘helminthes’ yang berarti
cacing. Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan
pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio
memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes.
Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah
anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior
merupakan bagian yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat
berjalan dan mempunyai indera paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo
dkk., 1997).
Filum platyhelminthes tidak
memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya merupakan akibat dari
kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang sangat baik dan
mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat
kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).
Berdasarkan
daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu:
1.
Penyakit atau parasit pada kulit.
Penyakit atau
parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi.
Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat
langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi
dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang
timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut. Biasanya ikan yang
terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan.
Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,
virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat
bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan
yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan
menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali
menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
2.
Penyakit atau parasit pada insang.
Penyakit atau
parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara dini
karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif
untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah
mengamati pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ
insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan
mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah
meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai
adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi pendarahan
(peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di
sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.
3.
Penyakit atau parasit pada organ dalam.
Ciri utama ikan
yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya
adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik.
Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya
memiliki perut yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak
darah, ini berarti pad usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya
sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi
terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak terkontrol (Sachlan,
2002).
III.
METODOLOGI
3.1
Waktu dan
Tempat
Praktikum
parasit dan penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 28 maret 2013
pukul 13.00 wib s.d selesai. Bertempat di gedung K, laboratorium budidaya
perairan, fakultas pertanian, universitas lampung.
3.2
Alat dan
Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap 2
buah, pipet tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%,
buku identifikasi dan aquades.
3.3
Cara Kerja
Adapun
langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Parasit
a. Dikoleksi
ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam
budidaya, dan tambak.
b. Untuk
ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang
menunjukkan gejala tidak normal.
c. Dikoleksi
parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.
d. Dibedah
ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.
e. Diamati
parasit dibawah mikroskop
f. Diidentifikasi
parasit
g. Parasit
disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi
nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.
2. Jamur
a.
Diambil sampel ikan
dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva atau ikan
dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat hifae di
sekitar tubuh sampel inang)
b.
Diamati tingkah laku
ikan di kolam ketika pengambilan
c.
Diamati gejala
eksternal dan internal sampel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar