COPEPODA
(Makalah
Zooplankton TBPH)
Oleh
Aan
Pratama
1114111001
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
1.
Pengertian Zooplankton
Zooplankton
merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan
terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh
filum hewan. Zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dari fitoplankton
(Nontji, 1987).
Effendi (1997)
membagi ukuran zooplankton dengan ketentuan khusus, yaitu makrozooplankton yang
berukuran lebih besar dari 2 cm, dan mesozooplankton yang berukuran 200 –
20.000 m. Larva ikan maupun ikan-ikan muda yang bersifat planktonik disebut
ichtyoplankton umumnya berukuran besar. Umumnya zooplankton mempunyai alat
gerak seperti flagel, cilia atau kaki renang, namun tidak dapat melawan
pergerakan air (Raymont, 1963).
Zooplankton
melakukan migrasi secara vertikal. Migrasi vertikal ialah migrasi harian yang
dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu ke arah dasar laut pada siang hari
dan ke arah permukaan laut pada malam hari. Rangsangan utama yang mengakibatkan
terjadinya migrasi vertikal harian pada zooplankton adalah cahaya. Cahaya
mengakibatkan respon negatif bagi para migran, mereka bergerak menjauhi
permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan meningkat. Sebaliknya mereka
akan bergerak ke arah permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan
menurun (Prasad, 1956).
Brooks (1969)
menjelaskan bahwa zooplankton yang meliputi semua hewan yang umumnya renik
adalah bersifat herbivora yang memakan fitoplankton. Hampir seluruh zooplankton
sangat tergantung pada fitoplankton dan pada trophic level, zooplankton
menempati tingkat kedua setelah fitoplankton (Davis, 1955).
Struktur
komunitas dan pola penyebaran zooplankton dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator biologi dalam menentukan perubahan kondisi perairan.
2.
Copepoda
Copepoda
merupakan kelompok entomostracan dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar
8.400 spesies, sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25% nya sebagai
ektoparasit. Kebanyakan copepod terdapat di laut dan sebagian lagi di air
tawar, baik sebagai plankton maupun fauna interstisial.
Klasifikasi
Copepoda
Secara taksonomi
copepoda termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kingdom : Animalia
Filum : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Maxillopoda
Subkelas : Copepoda
Superordo : Gymnoplea
Ordo : Calanoida
Copepoda adalah
kelompok zooplankton yang memegang peranan penting dalam rantai makanan pada
suatu ekosistem perairan. Dalam industri pembenihan ikan laut dewasa ini,
copepoda mulai banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk larva ikan.
Copepoda cocok sebagai pakan larva ikan karena selain mempunyai nilai nutrisi
yang tinggi juga karena ukuran tubuh yang bervariasi sehingga sesuai tingkat
perkembangan larva ikan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa copepoda
dapat meningkatkan pertumbuhan larva ikan laut yang lebih cepat dibandingkan
rotifer dan Artemia (Lavens dan Sorgelos, 1996)
Copepoda kaya
akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan,
meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan ikan.
Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh beberapa peneliti lain, karena
kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan derajat kelulushidupan larva. Copepoda juga mempunyai kandungan
lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia sehingga dapat
menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan (Mcevoy dkk., 1998
dalam Umar, 2002).
3.
Ciri-ciri Copepoda
Hewan terkuat di
dunia copepoda hanya memiliki panjang 1 milimeter. Kesuksesan evolusi copepoda
sangat terkait dengan kemampuan melarikan diri dari predator.
Copepoda
merupakan krustacea yang sangat banyak dijumpai diantara fitoplankton dan pada
tingkat tropik yang tinggi pada ekosisitem. Copepoda dewasa berukuran antara 1
dan 5 mm. Tubuh copepoda berbentuk silindrikonikal, dimana anterior lebih
lebar. Bagian depan meliputi 2 bagian yakni cephalotoraks (kepala dengan toraks
dan segmen toraks ke enam) dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan
cephalotoraks. Pada bagian kepala memiliki mata di bagian tengah dan antenna
yang pada umumnya sangat panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada
umumnya suspension feeders (Lavens dan Sorgeloos, 1996).
Siklus Hidup
Copepoda jantan pada umumnya lebih kecil dibandingkan copepoda betina. Selama
melakukan reproduksi atau kopulasi, organ jantan berhubungan dengan betina
dengan adanya peranan antenna, dan meletakkan spermatopora pada bukaan seminal,
yang dilekatkan oleh lem semen khusus. Telur-telur umumnya lebih dekat ke
bagian kantung telur. Telur-telur ditetaskan sebagai nauplii dan setelah
melewati 5-6 fase nauplii (molting), larva akan menjadi copepodit. Setelah
copepodit kelima, akan molting lagi menjadi lebih dewasa. Perkembangan ini
membutuhkan waktu tidak kurang dari satu minggu hingga satu tahun, dan
kehidupan copepoda berlangsung selama enam bulan sampai satu tahun (Lavens dan
Sorgeloos, 1996). Dalam satu siklus hidup copepoda memerlukan waktu selama
kurang lebih 6-7 hari (Anindiastuti dkk., 2002).
Apabila kondisi
tidak memungkinkan untuk kelangsungan hidup, copepoda akan memproduksi cangkang
atau telur dormant (istirahat) seperti halnya kista. Hal ini juga menyebabkan
tingkat survival berlangsung dengan baik walapun kondisi lingkungan tidak
mendukung contohnya pada suhu dingin (Lavens dan Sorgeloos, 1996).
4.
Cara Reproduksi
Reproduksi dan
perkembangan Copepoda Dioecious. Betina mempunyai sebuiah atau sepasang ovary
dan sepasang seminal receptacle. Copepod jantan yang hidup bebas biasanya
mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora.
Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Cyclops mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepod betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru. Stadia nauplius sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Copepod dewasa tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai satu tahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih. Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman dengan cangkang tebal. Jenis air tawar yang lain, ada instar copepodid atau dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung organic yang keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman atau siste juga merupakan sarana penyebaran keturunan.
Copepod hidup
bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan alat ekskresi. Tidak
ada jantung ataupun pembuluh darah. Darah beredar dalam hemocoel karena adanya
gerakan otot, apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung
semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak melewati
thorax. Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari 1000 spesies. Kebanyakan
sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai endoparasit dalam tubuh
polychaeta, usus leli laut, saluran pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada
crustacea lain. Endoparasit acapkali tidak mempunyai mulut, dan makanan
diabsorbsi langsung dari inang.
Beberapa jenis
copepoda telah dikembangkan untuk dibudidayakan khususnya di manca negara.
Copepoda tersebut termasuk kelompok harpacticoid dan calanoid.
Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung.
Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung.
Menurut Sutomo
(2003), copepoda laut jenis Tigriopus brevicornis, dapat hidup pada kisaran
salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10 sampai 40 ppt, namun pada
salinitas 10 ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain
menyatakan bahwa copepoda dapat dikultur di air laut dengan salinitas 25-30 ppt
(Lavens dan Sorgeloos, 1996).
Menurut
Anindiastuti dkk. (2002), untuk mengkultur copepoda pada skala laboratorium
sebaiknya menggunakan air laut yang steril bersalinitas 25 ppt. Sementara itu
copepoda di perairan umum dapat hidup pada salinitas antara 26,50 dan 35,67 ppt
(Levinton, 1982 dalam Umar, 2002). Dengan demikian, salinitas yang optimum
untuk perkembangan copepoda laut belum diketahui secara pasti.
DAFTAR
PUSTAKA
Anindiastuti, Kadek Ari W.
& Supriya, 2002. BudidayaMassal Zooplankton. dalam Budidaya Fitoplanktondan
Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung,Dirjen Perikanan Budidaya. Dep.
Kelautan danPerikanan. Seri Budidaya Laut 9 : 78-96.
Davis, 1955. The Marine And Fresh Water Plankton.
Michigan State University Press. United State Of America.
Lavens P, P Sorgeloos. 1996. Manual on the production
and use of live food for
aquaculture. FAO, Fisheries Technical Paper. No. 361. Rome, FAO. pp. 7
-42.
Nontji,
Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Raymont, J. E. E. 1983. Plankton and Productivity in
the Ocean. 2nd
edition. Pergamon Press, Oxford. 770 pp.
edition. Pergamon Press, Oxford. 770 pp.
Sutomo. 2003.Pengarus Salinitas dan Jenis Mikroalga (Chaetoceros gracilis dan Nannochloropsis oculata) Terhadap
Perkembangan Naupli dan Pertumbuhan Copepoda (Tigriopus brevicornis)
Umar, C. 2003. Struktur Komunitas dan Kelimpahan
Fitoplankton dalam Kaitannya dengan Kandungan Unsur Hara (Nitrogen dan Fosfor)
dari Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Juanda Jatiluhur
Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 94 p
Terima kasih informasinya :)
BalasHapuskami sedia pakan alami phytopalnkton dan zooplankton sistem kultur per paket.
BalasHapusyang berminat silakan add FB saya : ugo.takeshimura@ymail.com
Maksih..
BalasHapusSalam anak kelautan...